Beranda | Artikel
Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 10
Rabu, 28 Januari 2015

1456620_604996592869318_2084261106_n

10. Keutamaan Tauhid

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah membawakan bab setelah mukadimah dengan judul ‘Bab Keutamaan Tauhid dan Pengampunan Dosa’. Para ulama menerangkan, bahwa pengampunan dosa adalah bagian dari keutamaan tauhid. Sehingga di sini disebutkan keutamaan tauhid secara umum, dan lebih khusus lagi yang berkaitan dengan pengampunan dosa. Kemudian, dalam ungkapan ‘pengampunan dosa’ ini terkandung makna dosa-dosa apa saja yang akan terampuni dengan sebab tauhid. Dari keterangan yang akan beliau bawakan akan jelas bagi kita bahwa tauhid bisa menghapuskan segala dosa, selama itu bukan syirik atau kekafiran.

Pada bab pertama/mukadimah beliau menekankan tentang hakikat dan kewajiban tauhid. Bahwa tauhid adalah syarat sah atau syarat diterimanya ibadah. Tidak ada ibadah tanpa tauhid. Maka, di dalam bab ini beliau menyebutkan keutamaan-keutamaan tauhid. Dan apabila disebutkan tentang keutamaan-keutamaan sesuatu bukan berarti sesuatu ini adalah tidak wajib. Bahkan, tauhid ini adalah kewajiban yang paling wajib, tidaklah diterima amal apapun kecuali apabila disertai dengan tauhid (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1/34)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah berkata, “Semakin bertambah nilai tauhid pada diri seorang hamba maka akan terhapuslah dosa-dosa sebanding dengan kadar keagungan tauhid itu. Dan semakin bertambah tauhid pada seorang hamba maka dia akan meraih keamanan di dunia dan di akhirat sesuai dengan kadar keagungan tauhid itu di dalam dirinya…” (lihat At-Tam-hid, hal. 23)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah di dalam Kitab Tauhid ini menyebutkan hakikat tauhid sebelum membicarakan tentang keutamaannya. Hal ini penting untuk dicermati, sebab banyak orang atau bahkan da’i yang memberikan pujian dan sanjungan-sanjungan terhadap Islam akan tetapi Islam yang dimaksud adalah Islam versi jama’ah atau kelompoknya. Mereka tidak menjelaskan terlebih dulu hakikat Islam sebenarnya yang dikehendaki syari’at. Oleh sebab itu semata-mata menyebutkan keutamaan tanpa menerangkan hakikat suatu perkara adalah sebuah kekeliruan (lihat keterangan Syaikh Al-Fauzan dalam I’anatul Mustafid, 1/73-74)

Sebagaimana telah beliau terangkan di depan, bahwa hakikat tauhid itu adalah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik. Tauhid inilah hakikat Islam yang diajarkan oleh segenap rasul kepada umatnya. Tauhid tidak cukup hanya dengan mengakui bahwa Allah satu-satunya pencipta, pemelihara, atau penguasa alam semesta. Tauhid tidak cukup hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat tanpa memahami isinya, konsekuensinya, dan tunduk melaksanakannya secara lahir dan batin. Tauhid juga tidak cukup dengan beribadah kepada Allah tanpa berlepas diri dari segala sesembahan selain Allah, apa pun bentuknya atau siapa pun dia.

Inilah yang penting untuk kita sebarluaskan kepada umat. Bukan sekedar memuji-muji keindahan Islam, menyanjung kemuliaan Islam, sementara kita lupa dan lalai dari menjelaskan hakikat Islam itu sendiri, hakikat sesungguhnya dan pokok dari segala ajarannya, yaitu tauhid. Sebab tidaklah tegak Islam pada diri seorang insan tanpa bersemayamnya tauhid dalam jiwa dan raganya.

Dari sini, kita juga bisa memetik hikmah, bahwa termasuk kekeliruan dan sikap yang tidak bijak dalam hal dakwah apabila kita senantiasa mengangkat tema-tema besar yang berkaitan dengan Islam -persatuan, persaudaraan, dsb- apalagi mengurai berbagai penyimpangan dari ajaran-ajaran Islam sementara pokok dari masalah agama ini yaitu hakikat tauhid itu sendiri tidak kita terangkan dengan jelas dan gamblang kepada manusia. Kita sibuk membahas dan menyebarluaskan masalah ini dan itu, tema anu dan anu, sementara pembahasan tentang hakikat dan seluk-beluk tauhid itu sendiri seolah terlupa dan tersingkir dari agenda-agenda dakwah.

Oleh sebab itu benarlah perkataan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah, bahwa tidaklah memecah-belah barisan para da’i -yang mendakwahkan tauhid- kecuali karena kebodohan terhadap tauhid atau tidak bersungguh-sungguh/serius dalam mendakwahkannya (lihat Mazhahir Dha’fil ‘Aqidah, hal. 31).

Adapun tentang keutamaan tauhid ini, marilah kita simak ucapan Syaikh As-Sa’di rahimahullah yang ringkas dan sarat akan makna berikut ini. Beliau berkata, “Tidak ada suatu hal yang bisa memberikan manfaat positif dan keutamaan yang beraneka-ragam sebagaimana halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan dunia dan akhirat adalah buah dan keutamaan dari tauhid ini.” (lihat Al-Qaul As-Sadid fi Maqashid At-Tauhid, dalam Al-Majmu’ah Al-Kamilah, 10/11)

Kemudian, sebenarnya jika kita cermati kembali apa-apa yang sudah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah di bagian awal kitab ini, maka sesungguhnya kita sudah bisa mengambil faidah tentang keutamaan dan keagungan tauhid ini. Bagaimana tidak? Padahal, tauhid itulah hikmah penciptaan jin dan manusia. Tauhid itulah misi utama dakwah setiap rasul. Tauhid itulah perintah dan wasiat yang paling utama kepada hamba. Tauhid itulah kewajiban yang paling wajib dan hak Allah atas setiap hamba yang hidup di alam dunia!

Kesimpulan :

  • Dengan mengetahui keutamaan tauhid, maka kita akan semakin termotivasi untuk mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
  • Tauhid adalah sebab untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat
  • Salah satu keutamaan tauhid ialah ia merupakan sebab terampuninya dosa. Tentu saja hal ini memberikan semangat bagi segenap insan, karena dirinya kerapkali terjerumus di dalam dosa sehingga betapa besar kebutuhan dirinya kepada ampunan Allah dan kasih sayang-Nya
  • Tidak cukup memberikan gambaran tentang keindahan dan kemuliaan Islam tanpa menjelaskan hakikat pokok dari agama Islam yaitu tauhid
  • Pentingnya dan wajibnya memahami Islam sebagaimana yang diterangkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana yang telah dipahami oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

10425476_1590346074517648_7181355556619012070_n

Baca Juga :

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 9 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 8 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 7 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 6 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 5 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 4 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 3 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 2 : di sini


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/silsilah-syarah-kitab-tauhid-bagian-10/